Welcome to our online store

Info Pertanian

Teknologi PIKAT NASA Tanaman Karet
Teknologi PIKAT NASA Tanaman Karet
Dalam upaya peningkatan produksi karet, Intensifikasi merupakan salah satu solusi yang wajib digunakan mengiringi metode Ekstensifikasi karena membutuhkan luas lahan serta tenaga kerja yang lebih besar. PT Natural Nusantara menghadirkan Teknologi PIKAT NASA Karet untuk memberikan solusi praktis dalam proses intensifikasi produksi pada tanaman karet.
Teknologi PIKAT NASA (Pengelolaan Intensif Kesuburan Alami Terpadu NASA) dari PT Natural Nusantara ini mampu memenuhi semua kebutuhan tanaman dan tanah secara lengkap berupa unsur hara makro dan mikro, hormon pertumbuhan, enzim, asam-asam organik dan beberapa jenis mikroorganisme berguna bagi tanaman.

Teknologi PIKAT NASA Karet dapat membantu pembudidayaan tanaman karet secara organik untuk mendapatkan produksi yang stabil sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi PIKAT NASA telah teruji secara:
  • Multi Komoditi
    Sudah digunakan pada banyak jenis tanaman yang dibudidayakan termasuk tanaman karet
  • Multi Lokasi
    Sudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lahan di Indonesia
  • Multi Waktu
    Sudah digunakan sejak tahun 1996

Manfaat Teknologi PIKAT NASA pada Tanaman Karet

  • Mempercepat pertumbuhan tanaman karet
  • Meningkatkan hasil panen getah karet
    – jumlah panen getah lebih tinggi
    – waktu panen getah lebih awal, masa panen puncak lebih lama
    – usia produksi karet lebih lama
  • Melunakkan kulit batang sehingga mudah disadap
  • Mempercepat pemulihan kulit batang setelah disadap
  • Meningkatkan kualitas hasil karet
  • Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
  • Memperbaiki tanah yang rusak / mengembalikan kesuburan tanah
  • Mengurangi penggunaan pupuk kimia
  • Menguntungkan secara ekonomi. Bisa dipilih sesuai kondisi keuangan
    Alternatif A, B atau C
Biaya produksi dengan prinsip PIKAT NASA dibandingkan sebelumnya:
A. Lebih Rendah ⇒ Hasil Panen Sama dengan Sebelumnya
B. Sama ⇒ Hasil Panen Lebih Tinggi dengan Sebelumnya
C. Lebih Tinggi ⇒ Hasil Panen Naik Optimal
Sebagai contoh: setiap aplikasi pupuk NPK dengan biaya 2 juta per hektar, maka:
Alternatif A: Biaya pupuk NPK 750.000 + Produk NASA 750.000 ⇒ Hasil Panen = sebelumnya
Alternatif B: Biaya pupuk NPK 1 juta + Produk NASA 1 Juta ⇒ Hasil panen naik 40-70 %
Alternatif C: Biaya pupuk NPK 1,5 juta + Produk NASA 1 juta ⇒ Hasil panen naik 75-300 %

Cara Penggunaan Produk NASA pada Tanaman Karet

1. Pembibitan

  • Penyemprotan bibit: 2-3 tutup botol POC NASA /tangki / 1-2 minggu, atau
  • Penyiraman: 3 tutup POC NASA /10 liter air, kemudian disiramkan 1 gelas Aqua untuk setiap bibit 1-2 minggu sekali

2. Tanaman Belum Produksi

  • Pilihan Utama
    1. 250 gram SUPERNASA + 200 liter air jadi larutan induk, kemudian ambil ±10 cc dari larutan induk diencerkan dengan 1 liter air untuk menyiram per pohon; atau
    2. 1 (satu) sendok makan SUPERNASA + 10 liter air disiramkan untuk 5 pohon, Aplikasikan 2-3 bulan sekali
  • Pilihan Standar
    1 tutup botol POC NASA (±12,5 cc) + 1 liter air disiramkan ke setiap pohon dan lakukan 4-6 bulan sekali

3. Tanaman Sudah Produksi

  • Pilihan Utama = 3-6 kg SUPERNASA / hektar / 4-6 bulan
  • Pilihan Standar = 1-2 kg SUPERNASA + 2-5 liter POC NASA / hektar / 4-6 bulan
  • Pilihan Minimal = 5-10 liter POC NASA / hektar / 4-6 bulan
Keterangan
  • Penggunaan SUPERNASA dapat dilakukan dengan dicampur bersama pupuk NPK atau tanah, pasir, abu untuk memudahkan pemberian ke lahan. Dapat juga dengan cara diencerkan terlebih dahulu untuk disiramkan, dengan cara larutkan 250 gram (1 botol SUPERNASA) dalam 200 liter air jadi larutan induk, kemudian ambil ±10 cc larutan induk dan encerkan dengan 1 liter air untuk menyiram setiap pohon
  • Dosis pupuk makro / NPK / Kimia dapat dikurangi 50% dari dosis kebiasaan setempat. Jika tidak dikurangi akan lebih baik
  • POC NASA dan HORMONIK bisa diganti dengan GREENSTAR Pupuk Organik Serbuk dengan dosis 0,5 sachet (10 gr) / tangki semprot atau 10-20 liter air
  • SUPERNASA dapat diganti dengan SUPERNASA GRANULE (Dosis 50 gr/hektar)
Untuk mengatasi serangan layu tanaman karet karena jamur dapat digunakan produk Pestisida biologi atau Agens Hayati GLIO.
Itulah tulisan singkat tentang panduan teknik budidaya tanaman karet dengan teknologi PIKAT NASA Tanaman Karet dari PT Natural Nusantara dengan harapan bisa membantu meningkatkan produksi getah karet dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit
Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit
Dalam usaha meningkatkan produksi kelapa sawit, Ekstensifikasi merupakan salah satu metode yang sering digunakan, akan tetapi dalam prosesnya memerlukan lahan yang lebih luas serta lebih banyak memerlukan tenaga kerja. Dari kendala yang ditemui dalam ekstensifikasi tersebut, maka metode Intensifikasi menjadi salah satu hal wajib dalam peningkatan produksi sawit. 
Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit hadir untuk memenuhi solusi dalam proses intensifikasi produksi pada kelapa sawit. Teknologi PIKAT NASA (Pengelolaan Intensif Kesuburan Alami Terpadu NASA) dari PT Natural Nusantara ini mampu memenuhi semua kebutuhan tanah dan tanaman secara terpadu (lengkap) yaitu unsur hara makro dan mikro, hormon dan enzim pertumbuhan, asam-asam organik serta beberapa jenis mikroorganisme yang berguna bagi tanaman.

Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit dapat membantu pembudidayaan kelapa sawit secara organik untuk memperoleh kestabilan produksi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Teknologi PIKAT NASA telah teruji secara:
  • Multi Komoditi
    Telah digunakan pada semua jenis tanaman budidaya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan), termasuk kelapa sawit
  • Multi Lokasi
    Telah digunakan di berbagai kondisi lahan (dataran rendah – dataran tinggi, lahan basah – lahan kering, lahan normal – lahan kritis) dan di berbagai wilayah (berbagai jenis tanah) di Indonesia
  • Multi Waktu
    telah digunakan sejak tahun 1996

Manfaat Teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit

  • Mempercepat pertumbuhan kelapa sawit
  • Meningkatkan hasil panen kelapa sawit
    – bobot / berat panen lebih tinggi
    – waktu panen lebih awal, masa panen puncak lebih lama
    – usia produksi lebih lama
  • Meningkatkan kualitas hasil panen
  • Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
  • Memperbaiki tanah yang rusak / mengembalikan kesuburan tanah
  • Mengurangi penggunaan pupuk kimia
  • Menguntungkan secara ekonomi. Bisa dipilih sesuai kondisi keuangan
    Alternatif A, B atau C
Biaya produksi dengan prinsip PIKAT NASA dibandingkan sebelumnya:
A. Lebih Rendah ⇒ Hasil Panen Sama dengan Sebelumnya
B. Sama ⇒ Hasil Panen Lebih Tinggi dengan Sebelumnya
C. Lebih Tinggi ⇒ Hasil Panen Naik Optimal
Sebagai contoh: setiap aplikasi pupuk NPK dengan biaya 2 juta per hektar, maka:
Alternatif A: Biaya pupuk NPK 750.000 + Produk NASA 750.000 ⇒ Hasil Panen = sebelumnya
Alternatif B: Biaya pupuk NPK 1 juta + Produk NASA 1 Juta ⇒ Hasil panen naik 30-50 %
Alternatif C: Biaya pupuk NPK 1,5 juta + Produk NASA 1 juta ⇒ Hasil panen naik 70-200 %

Cara Penggunaan Produk NASA pada Kelapa Sawit

1. Pembibitan

  • Penyemprotan bibit: 3 tutup botol POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 2 minggu, atau
  • Penyiraman: 3 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /10 liter air, kemudian disiramkan 1 gelas Aqua untuk setiap polibag 2 minggu sekali

2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

  1. Umur 0-1 tahun
    • 0,5 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
    • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
  2. Umur 1-2 tahun
    • 1 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
    • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
  3. Umur 2-3 tahun
    • 3-6 kg SUPERNASA untuk 1 hektar / 6 bulan

3. Tanaman Menghasilkan (TM)

  1. Pilihan Utama = 3-6 kg POWER NUTRITION / hektar / 6 bulan sekali
  2. Pilihan Standar = 1,5-3 kg POWER NUTRITION + 1,5-3 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
  3. Pilihan Minimal = 3-6 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
Keterangan
  • Penggunaan POWER NUTRITION dan SUPERNASA dapat dilakukan dengan dicampur bersama pupuk NPK atau tanah, pasir, abu untuk memudahkan aplikasi ke lahan. Dapat juga dengan cara diencerkan terlebih dahulu untuk disiramkan, dengan cara larutkan 200 – 400 gram (20 – 40 sendok makan) dalam 10 – 20 liter air, kemudian siramkan 1-2 liter larutan pupuk per 1 pohon
  • Dosis pupuk makro / NPK / Kimia dapat dikurangi 25-50 % dari dosis kebiasaan setempat. Jika tidak dikurangi akan lebih baik
  • POC NASA dan HORMONIK dapat diganti dengan Pupuk Organik Serbuk GREENSTAR dengan dosis 0,5 sachet (10 gr)/tangki semprot 10-20 liter
  • SUPERNASA dapat diganti dengan SUPERNASA GRANULE (Dosis 50 gr/hektar)
Untuk mengatasi serangan layu tanaman sawit karena jamur dapat digunakan produk Agens Hayati atau Pestisida alami Natural GLIO.
Itulah penjabaran singkat tentang panduan teknik budidaya dengan teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit dari PT Natural Nusantara dengan harapan bisa membantu meningkatkan produksi kelapa sawit.
Konsep Pengelolaan Hama Terpadu
Konsep Pengelolaan Hama Terpadu
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu cara pendekatan berdasarkan pertimbangan ekonomi, ekologi dan sosial dalam rangka pengelolaan agro ekosistem secara keseluruhan. 

Dalam berbudidaya kita tidak pernah terlepas dari masalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu Hama, Penyakit dan Gulma. Permasalahan tersebut menjadi sebuah dilema bagi petani sampai akhirnya kebanyakan petani memilih pestisida kimia untuk memberantas OPT tersebut tanpa memperhatikan akibat yang akan dialaminya seperti Resistensi (kekebalan hama), Resurjensi (ledakan hama), ledakan hama sekunder, matinya musuh alami seperti burung, belalang, ular.

Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

  1. Teknik Agronomi
    Misalnya dengan pengolahan tanah, irigasi, pemberoan (istrirahatkan lahan), pergiliran jenis tanaman, tanam serentak, pengaturan jarak tanam, pemupukan yang berimbang (makro dan mikro)
  2. Teknik Varietas TahanMisalnya dengan ketahanan genetik dan ketahanan ekologi (lingkungan)
  3. Teknik Fisik dan Mekanik
    Misalnya dengan penggunaan lampu perangkap, penggunaan metilat lem, gelombang suara, boneka sawah, pengambilan secara manual, serta pemasangan perangkap untuk pengusiran hama.
  4. Teknik Pengendalian Hayati
    Adalah pengendalian dengan penggunaan musuh alami menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan baik yang berasal dari tanaman maupun dari makhluk hidup.
  5. Teknik Pengendalian Kimiawi
    Teknik ini menggunakan pestisida kimia. Teknik penanggulangan secara kimia tetap digunakan, tetapi sebagai alternatif terakhir jika semua teknik pengendalian non kimiawi tidak mampu dan pada taraf yang merugikan.
Pengendalian HPT dengan pestisida kimia harus memperhatikan efektifitas dengan mempertimbangkan:
  1. Tepat Jenis
  2. Tepat Dosis
  3. Tepat konsentrasi
  4. Tepat waktu
  5. Tepat cara
  6. Tepat sasaran

Konsep Pengendalian Hama Terpadu

Hal terpenting dalam konsep PHT adalah Monitoring (pengamatan) yang dilakukan minimal satu kali dalam seminggu, sehingga petani dapat memutuskan secara tepat kapan dan dimana penggunaan pestisida kimia harus dilakukan. Pengamatan tersebut meliputi keadaan hama, populasi hama, musuh alami, pertumbuhan tanaman, cuaca, iklim, dan lain-lain.
Membuat Benih Padi Ber-Teknologi Organik NASA

Membuat Benih Padi Ber-Teknologi Organik NASA
Bertepatan dengan masuknya musim tanam padi di sebagian wilayah di Indonesia, Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam budidaya tanaman pad, benih yang unggul mempunyai peran yang sangat penting karena kualitas benih merupakan faktor penentu suksesnya budidaya tanaman padi. Sebaik apapun perawatan yang kita lakukan pada tanaman padi kita, tidak akan ada gunanya apabila kita menggunakan benih yang sangat jelek.

Saat ini di pasaran sangat banyak beredar berbagai macam benih padi, akan tetapi apakah semua benih tersebut berkualitas? Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering menemukan kejadian di lapangan, walaupun telah banyak yang menggunakan benih bersertifikat dan juga berlabel, akan tetapi setelah ditanam hasil yang didapat kurang memuaskan. Yah, jaman sekarang ini, apa sih yang tidak bisa dicurangin? apalagi proyek benih.

Langkah Pembuatan Benih Padi Ber-teknologi Organik NASA

Gunakan Benih Padi Berlabel Putih/Ungu
Langkah Pertama dan Utama dalam membuat benih padi unggul yaitu kita harus memiliki benih padi berlabel putih yang bisa kita dapatkan di balai benih padi setempat. Kalau benih berlabel putih tersebut sulit kita dapatkan, bisa juga kita gunakan benih yang berlabel ungu yang bisa kita dapatkan di kios-kios pertanian. Kebutuhan benih sekitar 25 Kg/ha.
Siapkan Lahan untuk Persemaian
Langkah kedua, menyiapkan lahan untuk menanam padi tersebut. Agar kemurniannya terjaga, Lahan tersebut harus terisolasi dengan tanaman padi yang lain. Jarak antar lahan dan tanaman padi yang lain minimal 10 m. Atau paling enak kalau kita menanamnya berbeda waktu dengan tanaman padi yang lain. Terserah saja caranya yang penting jangan sampai waktu pembungaannya sama.
Lakukan Seleksi pada Benih
Sebelum kita melakukan penyemaian benih, sebaiknya kita lakukan seleksi terlebih dulu dengan menggunakan air garam atau air abu sebagai media perendaman benih. Kita buang benih yang mengapung, Gunakan benih yang terendam. Setelah benih sudah terseleksi, rendam benih yang bagus tersebut dengan air bersih ditambah Pupuk Organik Cair NASA selama 24 jam dan tiriskan selama 24 jam pula. Namun jika calon akar belum ada 0,5 cm pemeraman bisa diperlama 24 jam lagi.
Proses Persemaian
Lahan persemaian kita siapkan seperti biasa dengan luas kurang lebih 20 % dari luas lahan. Cara pembuatan bibit seperti padi biasa, hanya yang harus diperhatikan adalah saat bibit padi umur 1 minggu sebaiknya semprot Pupuk Organik Cair NASA + HORMONIK + pestisida organik PESTONA secukupnya. Dan saat bibit satu minggu menjelang tanam sebaiknya kita aplikasi pestisida organik BVR dan CORRIN, agar saat penanaman nanti tidak ada hama dan penyakit yang terbawa ke pertanaman.
Pengolahan Lahan
Pada saat pengolahan tanah luku garu sebaiknya ditaburi Dolomit ditambah pupuk organik padat SUPERNASA dan Phospat (TSP atau SP-36).
Penanaman Benih
Cara penanaman benih padi unggul yang baik adalah harus memperhatikan jarak tanam, yaitu jangan kurang dari 22 cm. Dan gunakan sistem tanam legowo 2 : 1 atau maksimal 4:1. Tanam harus umur muda, kurang dari 18 hss (hari setelah semai). Saat penanaman jangan terlalu dalam. Gunakan cara tanam jiwir 2-3 batang per lubang. Inilah kunci untuk meningkatkan produksi benih padi unggul.
Pemeliharaan Tanaman
Dalam pemeliharaan yang paling penting adalah pengairan yang berselang, yaitu pemberian air dan buang air sampai tanah agak mengering. Tanaman jangan selalu direndam air. Pemupukan gunakan NPK 300 kg/ ha dan tambahkan urea 100 kg/ha atau sesuaikan kebutuhan dengan menggunakan bagan warna daun. Pemupukan bisa diberikan 2 kali ataupun 3 kali. Penyemprotan Pupuk Organik Cair NASA dan HORMONIK atau GREENSTAR tiap 1-2 minggu sekali dan bisa dicampur dengan pestisida organik seperti PESTONA, BVR dan CORRIN.
Penyortiran
Ketika tanaman benih padi unggul telah berbuah maka perlu dilakukan penyortiran, hal ini berguna untuk meningkatkan kemurnian benih. Penyortiran dilakukan dengan cara membuang/ memangkas bulir-bulir padi yang berbeda varietasnya. Pemangkasan juga dilakukan terhadap jenis gulma yang se-famili dengan padi.
Ada trik juga untuk memantapkan pengisian bulir, yaitu dengan cara menambahkan pupuk NPK ditambah pupuk organik padat POWER NUTRITION ketika bulir padi telah masak susu. Hal ini berfungsi untuk memperlama proses pengisian dan memundurkan masa panen.
Pemanenan
Pemanenan benih padi unggul dilakukan jangan bersamaan dengan tanaman padi konsumsi. Hal ini bertujuan agar supaya benih tidak tercampur dengan benih lain. Gunakan sabit yang bergerigi dan taruh potongan malai pada terpal atau karung bekas. Pemanenan dilakukan saat padi menguning sekitar 90 %.
Penjemuran
Penjemuran calon benih padi unggul sebaiknya tidak dilakukan dilantai jemur, tapi harus diberi alas terpal atau anyaman bambu. Penjemuran sebaikknya dilakukan saat pagi hari sekitar jam 07.00 sampai jam 10.00 dan sore hari sekitar jam 14.30 sampai jam 17.00. Keringkan sampai kadar air sekitar 14-12 %. Sebelum digunakan untuk benih sebaiknya benih padi unggul dilakukan stagnasi dulu (disimpan dalam karung) sekitar 1-2 minggu. Setelah proses stagnasi bibit padi unggul siap digunakan.
Itulah beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam membuat benih unggul padi ber-teknologi organik NASA, mudah-mudahan bermanfaat untuk meningkatkan pertanian Indonesia.
Menanam Padi di Lahan Pasir

MENANAM padi rajalele di lahan pasir? 
Kelihatannya mustahil. Tetapi, ini bisa dilakukan oleh Soemarno. Insinyur Teknik Sipil UII ini menanam padi dengan media pasir. Dan itu sudah dikerjakan di area 500 meter persegi di kawasan Pantai Pandansimo Bantul. Ternyata hasilnya di luar dugaan. Beras jenis rajalele itu hingga sekarang sudah dipanen berkali-kali. Bukan hanya padi yang ditanam di kawasan tersebut. Tapi ada 17 jenis tanaman lain yang dibudidayakan. Termasuk kurma.

Budidaya padi di lahan pesisir ini sudah melalui riset selama 9 tahun dan hasilnya menakjubkan. Sayangnya, penelitian ini tidak banyak diketahui. Padahal ini merupakan salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan masyarakat petani, terutama yang tertarik menggarap lahan pesisir. Sekaligus ini bisa jadi objek wisata lain di kawasan pantai.

Untuk menanam padi dengan media pasir, menurut Soemarno, caranya mudah dan tidak perlu dicampur tanah. Tapi cukup dengan penambahan pupuk khusus untuk lahan pasir. Lahan yang akan digarap terlebih dahulu digali sedalam 30 cm. Kemudian diberi alas plastik agar kebutuhan air bagi tanaman padi tercukupi. Sedangkan untuk pengairan mengunakan pralon.

Selanjutnya pasir diolah dengan menambahkan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk soil treatment untuk memperbaiki struktur tanah, pupuk organik dan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT). Untuk 1 hektar lahan dibutuhkan 50 Kg pupuk dasar. Setelah itu pasir direndam selama 1 minggu dan siap digunakan sebagai media tanam.

Berbeda dengan menanam padi di sawah pada umumnya, budidaya padi di lahan pasir ini tidak perlu dicangkul maupun di-luku. Meski demikian, padi yang dihasilkan tidak kalah kualitasnya. 
Berdasarkan ujicoba di Pandansimo, produktivitasnya minimal mencapai 7 ton per hektar. Dengan masa tanam selama 4,5 bulan. Padahal rekomendasi dari Departemen Pertanian, produktivitas padi rajalele yang ditanam di Delanggu hanya 3 ton per hektar.

”Lahan pasir untuk tanaman padi rajalele ini suatu fenomena. Karena di lahan seluas 3 hektar itu ada 17 komoditas yang sudah selesai kami teliti,” kata Direktur Indmira Citra Tani Nusantara Ir Soemarno (alm)   di kantornya sekaligus laboratorium di Jalan Kaliurang Km 16,3 Selasa (10/6) lalu. 
Kecuali tanaman padi, ada juga jenis kacang-kacangan, bawang merah, pisang, kelapa sawit, jambu mete, kurma, jeruk sunkist, sawo juga kelengkeng. ”Kami selaku lembaga riset and development tugas kami  melakuan riset by riset. Biar yang menanam nanti masyarakat. Yang kami santunkan untuk masyarakat adalah teknologinya dan manajemen produksi,” tandasnya. Tapi sejauh ini, belum ada petani yang mengembangkan budidaya padi di lahan pasir. Karena itu, apabila ada petani yang berminat mengembangkan hasil penelitian ini, Soemarno siap memberikan pendampingan.

Pengembangan tanaman padi di lahan pasir ini tentu bukannya tanpa kendala. Karena terletak di pinggiran pantai, kendalanya adalah  angin laut yang selalu mengandung uap garam  dan panas terik yang luar biasa. Juga pasir yang pernah direndam air laut selama jutaan tahun sebelumnya. ”Itu yang menjadi kendala teknologi,” ujarnya. Untuk itu perlu menggunakan wind barrier (tanaman cemara laut sebagai pelindung tanaman dari angin dan badai garam).

Hasil penelitian ini rupanya juga menarik perhatian dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Menteri Pertanian yang melakukan peninjauan secara langsung di lahan pasir Pantai Pandansimo. Begitu juga masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Soemarno berikut tim penelitinya tentu bangga karena lahan pesisir yang semula gersang sekarang menjadi hutan. Riset yang dilakukan selama 9 tahun itu akhirnya membuahkan hasil. Bukan hanya dari orientasi produksi tapi juga perbaikan ekosistem. Dengan demikian, ini juga bisa dimanfaatkan untuk menambah daya tarik wisata studi.

Lahan yang digunakan untuk media penelitian itu, menurut Soemarno, disewa sejak tahun 1999 hingga 2011 mendatang. Ke depan, lahan itu akan diserahkan ke Pemerintah Daerah. Sebagai tambahan pengunaan pupuk yang digunakan beliau adalah hasil penemuannya dengan merek dagang NASA (Natural Nusantara)
Teknis Budidaya Jahe

Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring dengan permintaan produk jahe dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe.

Budidaya  Jahe dengan benar sangat berpengaruh pada hasil dan keuntungan yang akan didapat sebagai contoh Budidaya Jahe Gajah.  Tanaman ini tak terlalu sulit  dalam berbudidayanya .Cukup di sela-sela  tanaman pokok (sengon, kopi, atau tanaman buah-buahan ). Sebagai pertimbangan nilai  ekonomi  1 tunas bibit Jahe seharga  Rp. 350,- dalam waktu 7-8 bulan bisa berkembang menjadi 1 kg dengan harga (±  Rp5.000 – 10.000), Jika kita tanam di lahan sebagai tanaman sela (tumpang sari) maka itulah keuntungan potensi yang bisa kita dapatkan.
  Pengalaman Bp. Harmanto di Dsn Sikapat, Besuki , Wadaslintang , Temanggung, Jawa Tengah   mendapatkan tambahan hasil  diantara lahan karet eks tanaman Kakaonya berkisar   antara 4 Juta rupiah. Dengan perawatan sangat sederhana yakni  NPK + SupernasaSupernasa Granule yang dikocorkan dibibit yang ditanam di luasan lahan ±1000 meter / 1700 titik )  masing-masing  2 gelas per  titik tanam  setiap 2 minggu sekali selama masa pertumbuhan  kurang lebih 3 bulan. Dengan rincian pembelian bibit  Rp. 500.000,- dan biaya pupuk Rp. 500.000,- beliau mendapat  tambahan keuntungan bersih Rp. 4 juta….itupun saat harga jahe pada titik terendah saat itu yaitu Rp. 5.000/kg.
  Dan seandainya semua  mau bergerak  memanfaatkan tanah kosong , di pot-pot, polibag, atau pekarangan kita yang tersisa ,meskipun tak begitu luas seperti program pemerintah ‘Apotik Hidup’ beberapa tahun lalu, maka kampung tempat kita tinggalpun akan mampu swasembada Jahe.
Teknis Budidaya Cabe Merah

Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll. PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.
FASE PRATANAM Pengolahan Lahan
  • Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
  • Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
  • Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
  • Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
  • Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
  • Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
  • POC NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup POC NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
  • Campurkan Natural GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
  • Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

Benih

  • Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
  • Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)
Persiapan Persemaian

  • Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
  • Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan Natural GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

Penyemaian

  • Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
  • Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
  • Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

Pengamatan Hama & Penyakit

a. Penyakit
  • Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram Natural GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
  • Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
  • Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan Natural BVR atau PESTONA.
b. H a m a
  • Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan Natural BVR atau PESTONA.
  • Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan Natural BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
  • Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

FASE TANAM 1. Pemilihan Bibit

  • Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
  • Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam

  • Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
  • Plastik polibag dilepas
  • Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama

  • Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau Natural VIREXI.
  • Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ). Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan Natural VITURA, Natural VIREXI atau PESTONA.
  • Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)

  1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
  2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Catatan :
  1. Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
  2. Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
  3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
  4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
  5. Pengamatan Hama dan Penyakit :

  • Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
  • Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
  • Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan Natural GLIO.
  • Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
  • Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan METILAT LEM berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha.
  • Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan Natural GLIO di bawah tanaman.

FASE PANEN DAN PASCA PANEN 1. Pemanenan

  • Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
  • Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
  • Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen

  • Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
  • Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
  • Penyortiran dilakukan sejak di lahan
  • Simpan ditempat yang teduh

3. Pengamatan Hama & Penyakit

  • Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak
Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit

Dalam budidaya setiap tanaman tentu tidak terlepas dengan muara yang dikenal dengan profit atau keuntungan. Untuk dapat mencapai muara keuntungan tersebut tidak terlepas dari berbagai hal dan prosedur sesuai kaidah budidaya jenis tanaman yang diusahakan. Dalam budidaya suatu tanaman yang tidak kalah penting peranannya adalah bagaimana menyediakan unsur hara tanaman dalam keadaan tersedia dan berimbang, sehingga tidak menimbulkan effek negatif bagi usaha pembudidayaan. 

Pada kesempatan ini mencoba sedikit memaparkan Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit yang dampak dan pengaruhnya sangat besar bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Hal ini penting untuk dipahami karena berkontribusi besar terhadap profit yang akan diperoleh. Semoga pemaparan secara singkat, praktis dan umum ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja.
Nitrogen

  1.  Unsur Nitrogen mempunyai peranan terhadap penyusunan protein, klorofil dan fotosintesa. Jumlah unsur ini harus seimbang di dalam tanaman, kelebihan atau kekurangan unsur ini akan memberi effek negatif terhadap tanman.
  2. Kekurangan unsur Nitrogen pada tanaman akan menyebabkan daun berwarna kuning pucat sehingga akan menghambat pertumbuhan.
  3. Kelebihan unsur Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, White Stripe dan berpengaruh terhadap berkurangnya buah jadi.
  4. Defisiensi Nitrogen disebabkan terhambatnya mineralisasi Nitrogen, diantaranya dapat diakibatkan karena aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, aplikasi pemupukan yang tidak efektif dan tidak tepat, akar yang tidak berkembang, gulma.
  5. Tindakan antisipasi dengan prosedur dan pola aplikasi secara merata di piringan, aplikasi sebaiknya dilakukan pada kondisi tanah lembab, penambahan Urea, dan pendalian gulma.

Phospor

  1. Unsur Phospor memiliki peranan terhadap penyusunan ADP/ATP, merangsang perkembangan akar, memperkuat batang tanaman dan memperbaiki mutu buah. Kekurangan unsur Phospor menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.
  2. Indikasi kekurangan unsur Phospor diantaranya dapat dilihat pada lingkungan sekitar seperti daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh, bintil akar sedikit.
  3. Penyebab defisiensi unsur Phospor diantaranya kandungan unsur Phospor tanah rendah (< 15 ppm), kurangnya pemupukan Phospor,  kemasaman tanah tinggi, dan hilangnya top soil akibat erosi.
  4. Antisipasi dengan melakukan aplikasi Phospor di daerah seputaran  pinggir piringan/gawangan, perbaiki tingkat kemasaman tanah, desain lahan yang mengacu untuk mereduce terjadinya erosi yang akan menghilangkan top soil tanah.

Kalium

  1. Unsur Kalium memiliki peranan pada aktifitas stomata, enzim dan sintesa minyak. Berkontribusi besar pada peningkatan daya tahan tanaman terhadap penyakit, dan jumlah tandan serta besar kecilnya  ukuran tandan.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Kalium masing-masing memberi effek negatif terhadap tanaman.
  3. Kekurangan unsur Kalium menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua menjadi kering dan mati. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan atau berasosiasi munculnya penyakit seperti ganoderma.
  4. Kelebihan unsur Kalium bereffek negatif karena dapat menyebabkan rasio minyak terhadap tandan menjadi turun.
  5. Penyebab kekurangan unsur Kalium antara lain unsur Kalium yang terdapat di dalam tanah rendah, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah, aplikasi pemupukan unsur Kalium kurang atau tidak seimbang.
  6. Antisipasi dapat dilakukan dengan jalan pengaplikasian unsur Kalium  yang cukup dan berimbang pada daerah seputar piringan tanaman, pengaplikasian tandan kelapa sawit, perbaiki tingkat kemampuan tukar kation tanah.

Magnesium (Mg) 

  1. Unsur Mg berpengaruh sebagai penyusun klorofil, berperanan dalam respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Mg masing-masing membawa effek negatif terhadap tanaman, baik langsung ataupun tidak langsung.
  3. Kekurangan unsur Mg menyebabkan daun yang tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, selanjutnya akan kuning kecoklatan lalu kering.
  4. Penyebab defisiensi unsur Mg antara lain rendahnya kandungan unsur Mg di dalam tanah, pengaplikasian Mg yang kurang dan tidak berimbang, keberadaan unsur Mg dengan kation lain dalam keadaan tidak seimbang, lahan tempat tumbuh bertekstur pasir dengan top soil tipis, dan CH yang sangat berlebihan (>3,500 mm/th).
  5. Antisipasi dengan melakukan aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, aplikasi pemupukan dengan ditabur pada pinggir piringan, dan menjaga rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1.2 .

Tembaga (Cu)

  1. Unsur Cu memiliki peranan pada pembentukan klorofil, serta berfungsi sebagai katalisator proses fisiologis tanaman.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Tembaga masing-masing memiliki effek negatif terhadap tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  3. Kekurangan unsur Cu dapat menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow. Jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai  kekuningan, muncul di tengah anak daun muda. Bercak kuning ini akan berkembang diantara jaringan klorosis, daun pendek, kuning pucat kemudian mati.
  4. Penyebab defisiensi unsur Cu antara lain rendahnya kandungan unsur Cu di dalam tanah seperti tanah gambut atau pasir, aplikasi Mg yang berlebihan sehingga kandungan Mg tinggi, aplikasi unsur N dan P tanpa K yang cukup dan berimbang.
  5. Antisipasi dengan jalan memperbaiki rendahnya kandungan unsur K dalam tanah, aplikasi penyemprotan tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.

Boron

  1. Unsur Boron berpengaruh pada meristimatik tanaman, sintesa gula, karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
  2. Kekurangan unsur Boron dapat menyebabkan ujung daun menjadi tidak normal, rapuh, berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.
  3. Penyebab defisiensi unsur Boron antara lain rendahnya kandungan unsur Boron dalam tanah, tingginya kandungan unsur N, K dan Ca akibat aplikasi yang berlebihan dan tidak berimbang.
  4. Antisipasi dengan melakukan aplikasi unsur Boron dengan jumlah sekitar  0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang.
Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Sering Digunakan

Ilustrasi pemupukan kelapa sawit
Sekali pun sawit termasuk tanaman keras. Pohon sawit tetap memerlukan perawatan dan pemupukan. Perawatan di sini adalah membersihkan “piringan” pada tanaman kelapa sawit agar buah dalam tandan tidak terganggu hama. Piringan adalah bulatan di sekeliling tanaman sawit yang tidak boleh ditumbuhi rumput. Supaya tanaman kelapa sawit tetap tumbuh subur dan berbuah lebat, diperlukan pemupukan kelapa sawit.

Pemupukan kelapa sawit dalam hal ini tidak bisa dilakukan sembarangan atau terus-menerus setiap hari diberi pupuk. Waktu pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan ketika curah hujannya kecil dan tidak boleh ketika sedang musim hujan. Pupuk yang baik sebaiknya dapat memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran. Sehingga proses pemupukan kelapa sawit bisa berjalan dengan baik. Dengan kata lain dalam pemupukan kelapa sawit juga harus diperhatikan prosedurnya untuk hasil yang maksimal.s

Pemupukan kelapa sawit dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur atau kondisi tanaman. Khusus untuk pemupukan kelapa sawit pada tanah berpasir atau lahan gambut dianjurkan untuk dilakukan pemupukan kelapa sawit yang lebih banyak. Pemupukan kelapa sawit yang banyak mungkin baik bagi tanaman sawit, tetapi perlu dipikirkan dari sisi ekonomisnya juga.


Metode dan Dosis Pemupukan Kelapa Sawit
Bagi pemilik perkebunan kelapa sawit, prosedur pemupukan kelapa sawit mungkin sudah tidak asing lagi, tetapi terkadang meskipun sudah berkebun kelapa sawit dan sudah melakukan pemupukan kelapa sawit masih saja ada kelapa sawit yang tidak tumbuh dengan baik. Atau Anda sering kali mengalami gagal panen dikarenakan buah kelapa sawit yang kurang maksimal, apalagi bagi Anda yang belum atau ingin membuka perkebunana kelapa sawit perlu mengetahui prosedur pemupukan kelapa sawit ini.

Pemupukan kelapa sawit merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk mempertahankan produksi buah kelapa sawit. Pohon kelapa sawit ini berbuah sekitar dua minggu sekali, atau dengan kata lain pemilik kebun kelapa sawit akan panen kelapa sawit setiap dua minggu sekali. Namun, setiap periode dua minggu tersebut bukan tidak mungkin buah yang dihasilkan tidak sama. Terkadang dua minggu pertama panen besar, tetapi selang dua minggu ke empat agak menurun. Hal ini bisa saja disebabkan dari prosedur pemupukan kelapa sawit yang belum maksimal.

Siapa yang tidak ingin melihat hasil panen kelapa sawitnya bertahan setiap kali panen atau malah bertambah?

Semuanya pasti menginginkan hasil panen yang maksimal setiap kali panen. Selain perawatan membersihkan piringan pada tanaman sawit, memberihkan rumput dibawah batang berjarak satu meter disekelilingnya, melakukan dodos tandan, tentu saja pemupukan kelapa sawit tidak boleh ditinggalkan.
Tidak semua petani kelapa sawit berhasil mempertahankan prosedur pemupukan kelapa sawit setiap saat, karena ada kalanya proses pemupukan kelapa sawit tidak berjalan dengan baik. Bahkan ada juga yang sering kali gagal melakukan pemupukan kelapa sawit, sampai harus mengganti pupuk. Kegagalan tersebut dikarenakan minimnya atau ketidaktahuan dalam memberikan dosis pada saat proses pemupukan kelapa sawit berlangsung. Lalu bagaimana metode memberikan dosis untuk proses pemupukan kelapa sawit ini? 


Berikut beberapa metode memberikan dosis untuk pemupukan kelapa sawit:

  1. Pemupukan boleh dilakukan dengan menggunakan metode atau sistem tebar dan sistem benam. Petani kelapa sawit harus memperhatikan metode mana yang cocok untuk kebun kelapa sawitnya. Jika tidak menerapkan metode yang tepat, kemungkinan panen yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.
  2. Apabila menggunakan sistem tebar, sebaiknya pupuk ditebarkan di pinggir piringan antara jarak 0,5 meter pada tanaman muda kelapa sawit, sedangkan untuk tanaman kelapa sawit yang sudah tua atau dewasa, pemupukan kelapa sawit diberikan pada jarak antara 1 – 2,4 meter. 
  3. Pada sistem benam (pocket), pemupukan kelapa sawit diberikan pada 4 sampai dengan 6 lubang pada piringan di sekeliling pohon kelapa sawit. Lalu lubang ditutup lagi supaya pupuk meresap. Sistem benam cenderung digunakan pada areal yang relatif rendah. Sedangkan pada areal gambut atau p`sir mudah mengalami erosi. 
  4. Metode pemupukan kelapa sawit bisa dilakukan dengan cara-cara manual atau modern. 
  5. Cara pemupukan kelapa sawit manual dengan menggunakan tenaga manusia dan satu persatu. Sedangkan cara pemupukan kelapa sawit modern menggunakan pesawat terbang atau bisa juga menggunakan traktor. Selama ini pemupukan kelapa sawit secara manual adalah yang paling umum dilaksanakan karena lebih murah dan lebih teliti. 
  6. Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni saat awal musim dan akhir musim penghujan. 
  7. Apabila pemupukan kelapa sawit menggunakan NPK 15-15-15, dosis perpohonnya sebanyak 4 kg ditambah DSP 1 kg perpohon. 
  8. Penggunaan kompos untuk tandan sawit, sedangkan bahan organik berguna untuk lahan yang kurang kandungan organiknya.

Cara Sederhana Pemupukan Kelapa Sawit
Dosis dan metode pemupukan kelapa sawit sudah kita pelajari dari penjelasan di atas. Apa yang telah di uraikan tersebut tidak akan berhasil jika kita tidak mencobanya. Untuk mencoba metode dan dosisi pemupukan kelapa sawit tersebut tidak perlu dilakukan secara besar-besaran langsung, tetapi dilakukan terlebih dahulu dengan cara yang sederhana. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan dalam pemupukan kelapa sawit yang akan dilakukan, dan tentu saja untuk menghindari kegagalan.

Pada dasarnya pemupukan kelapa sawit tidak perlu dilakukan secara berlebihan, cukup dengan cara yang sederhana, Anda sudah bisa mendapatkan hasilnya. Satu hal yang terpenting pada saat melakukan pemupukan kelapa sawit ini adalah ketekunan dan ketelitian. Dosis yang dibuat jika tidak sesuai dengan takarannya yang tepat akan berdampak buruk pada pohon kelapa sawit. Demikian juga halnya dengan aturan pemberian pupuk yang terlalu sering juga tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

Terutama bagi Anda yang baru merintis membuka perkebunan kelapa sawit, sebaiknya yang Anda lakukan adalah melakukan pemupukan kelapa sawit dengan bara yang sederhana. Bagaimana cara sederhana melakukan pemupukan kelapa sawit itu? 


Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan pada saat pemupukan kelapa sawit:

  1. Bersihkan terlebih dahulu “piringan” pada tanaman kelapa sawit dari rumput dan alang-alang. Sebab, hal ini bermanfaat bagi pohon kelapa sawit dan tandan buah sawit. Sehingga pemupukan kelapa sawit yang akan dilakukan bisa berjalan mulus dan meresap maksimal ke dalam pohon kelapa sawitnya.
  2. Khusus untuk areal datar, pupuk ditabur merata 0,5 m dari pohon kelapa sawit sampai pinggiran melingkar. Lakukan hal yang sama untuk semua pohon kelapa sawit yang berada di areal datar tersebut secara merata. 
  3. Tempat penyebaran pupuk adalah tempat pupuk ditaburkan. Artinya jangan menyebarkan pupuk yang bukan semestinya atau tidak ditempatnya, karena akan mempengaruhi proses pemupukan kelapa sawit yang dilakukan. 
  4. Jika terdapat jenis pupuk yang tidak boleh dicampur. Sebaiknya tempat penaburannya dipisahkan dan diberi jarak sekitar 12 hari antara satu pupuk dengan pupuk yang lainnya. 
  5. Pupuk dianjurkan untuk disebarkan pada pohon kelapa sawit yang memiliki akar-akar rambut paling banyak. Letaknya kira-kira dekat mahkota daun bagian yang terluar dari kelapa sawit. 
  6. Pemupukan kelapa sawit yang akan disebarkan haruslah benar-benar berbentuk remah, bukan gumpalan-gumpalan seperti yang terdapat pada pupuk Urea dan lain sebagainya. Jadi sebelum melakukan pemupukan kelapa sawit, perhatikan pupuknya jika sudah berbentuk remah baru boleh disebarkan, tetapi jika belum, gumpalan pupuk harus kita hancurkan menjadi remah. 
  7. Gunakanlah selalu alat takaran pemupukan kelapa sawit supaya dosis pemupukan bisa tepat dalam penggunaannya. Pupuk memang baik untuk merangsang pertumbuhan buah kelapa sawit, tetapi jika berlebihan bukannya baik malah akan berakibat buruk.

Tempat Penaburan Pupuk pada Kelapa Sawit
Nah, tempat untuk menabur ptpuk atau lokasi yang dipilih sebagai tempat untuk melakukan pemupukan kelapa sawit adalah sebagai berikut:

  1. Bokoran
  2. Ujung bokoran 
  3. Ujung pelepah


Cara Memupuk

  1. Top dressing, disebar dari atau langsung ditabur di atas tanah.
  2. Furrow application, di dalam rorak-rorak atau di pinggir guludan. Rorak atau guludan adalah gundukan dan saluran air. 
  3. Sub Soil placement, memupuk dengan cara dibenam. 
  4. Soil injection, dimasukkan dalam tanah dalam bentuk cairan. 
  5. Stem injection, dimasukkan ke dalam batang. 
  6. Nutritional spray, memupuk melalui daun.

Terakhir dan penting sekali diperhatikan. Pemupukan kelapa sawit harus dibedakan ketika tanaman sawit belum menghasilkan dan ketika tanaman sawit yang sudah menghasilkan. Kedua kondisi ini berbeda cara pemupukannya.


Untuk meningkatkan hasil dan kualitas kelapa sawit anda, sekarang sudah tersedia produk berkualitas karya anak bangsa.

SUPERNASA dan POWER NUTRITION.

Hanya dengan menambah 3-6kg produk tersebut, bisa miningkatkan bobot dan kualitas hasil panen kelapa sawit anda.
Menggenjot Produksi Padi dengan SUPER NASA GRANULE

Kenaikan harga beras yang berulang setiap tahun dijadikan peluang untuk menggenjot produksi. Tentu, bagi sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa, upaya meningkatkan produksi hanya bisa ditempuh dengan intensifikasi. Akibat penyempitan lahan di Jawa, Sumatera, dan Bali, upaya untuk meningkatkan produksi padi hanya dapat dilakukan dengan intensifikasi. Salah satu trik yang bisa diterapkan adalah menambahkan pupuk SUPER NASA GRANULE.
 


Aplikasi pupuk   SUPER NASA GRANULE  sangat efektif dan efisien, karena hanya dibutuhkan 50 kg per hektar. Selain mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap SUPER NASA GRANULE  juga diperkaya dengan ZPT yang berfungsi sebagai perangsang akar, batang dan buah. Penggunaan SUPER NASA GRANULE  dapat mengurangi kebutuhan pupuk makro UREA, TSP, KCL maksimal 50% dari total penggunaan.


Sebelum menambahkan pupuk mikro, produksi padi Ciherang yang ditanam Bapak Sakti di Madiun, pada musim hujan rata-rata hanya 8 ton GKP per ha. Sedangkan saat musim kemarau rata-rata 8.7 ton. Sebaliknya, setelah mengaplikasikan pupuk SUPER NASA GRANULE, hasil panen musim hujan meningkat menjadi 9-9,5 ton per ha, atau naik hingga 19%. Demikian pula sewaktu musim kemarau, meningkat menjadi rata-rata 12 ton GKP per ha (20%).


Dengan menambahkan 50 kg pupuk SUPER NASA GRANULE, Bapak Sakti mengeluarkan tambahan biaya produksi Rp.950.000 per ha. Penggunaan pupuk makro UREA, TSP & KCL dikurangi sampai 50%, jika semula beliau menggunakan makro NPK Phonska sebanyak 700 kg, dengan menggunakan pupuk SUPER NASA GRANULE beliau hanya memerlukan 350 kg pupuk makro, ini berarti pengurangan biaya pupuk makro sebesar Rp. 840.000, ini berarti ada penambahan modal sekitar Rp. 110.000. Tambahan modal itu nyaris tak berarti bila dibandingkan hasil panennya.


Tak dapat dipungkiri, pemahaman sebagian besar petani terhadap konsep pemupukan lengkap berimbang hingga kini masih rendah. Buktinya, sampai sekarang mereka lebih banyak mengandalkan pupuk Urea, SP-18, KCl maupun ZA. Padahal pupuk itu pun hanya dapat memenuhi sebagian unsur hara makro, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), atau Sulfur (S).


Menurut Prof. Dr. Iswandi Anas, Pakar Bioteknologi Tanah di Faperta IPB, untuk tumbuh dengan baik semua tanaman termasuk padi memerlukan paling tidak 16 unsur hara esensial. Terbagi atas unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) serta unsur mikro (Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl). “Pupuk mikro hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Kalau takaran pupuk makro butuh ratusan kg per ha, pupuk mikro hanya 0,5-10 kg,” jelasnya.


Hal senada diutarakan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si., Spesialis Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, juga di IPB. “Walaupun dibutuhkan sedikit, keberadaan pupuk mikro sangat penting,” ujarnya. Bila tidak diperhatikan, lanjut dia, tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi (kekurangan). Kalau sudah terjadi defisiensi, walaupun diberi perlakuan pupuk mikro, tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman tidak akan bisa pulih.


“Meskipun pupuk mikro hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, ia menentukan produksi. Perlu diingat, yang paling menentukan produksi adalah unsur hara yang berada dalam keadaan paling minimal,” ungkap Iswandi, yang juga Dewan Pupuk Nasional, itu.


Perlu Edukasi


Di pasaran, sudah banyak beredar pupuk mikro kemasan. Ada kemasan yang hanya berisi beberapa unsur mikro, ada pula yang digabung dengan unsur makro, ditambah zat pengatur tumbuh maupun mikroba.


Sayangnya kenyataan di lapangan, petani masih banyak yang enggan untuk menggunakannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Ditambah lagi kurangnya edukasi dari pemerintah tentang manfaat hara mikro bagi pertumbuhan dan perkembangan padi.


“Sejak revolusi hijau, pemerintah memprogramkan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan pupuk makro, terutama yang berbasis N. Oleh sebab itu, sampai sekarang masih 60% petani menggunakan pupuk makro berbasis N,” imbuh Rahmat S. Sargani, produsen pupuk, di Bandung.


Tidak mengherankan bila aplikasi pupuk makro tidak diikuti peningkatan produksi. Sebab, untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman tidak memperoleh nutrisi yang lengkap. Jangankan memenuhi unsur mikro, pemberian hara makronya saja tidak lengkap. “Kalau tanaman sudah menampilkan gejala defisinsi hara mikro, pengurangan produksi bisa lebih dari 50%, walaupun kita sudah mengaplikasikan pupuk makro,” tandas Atang. “Pupuk mikro masih PR bagi kita karena baru menyelesaikan N, P, K, Ca, dan Mg,” imbuh Catur.


Saatnya Dimanfaatkan


Tampaknya penggunaan pupuk mikro wajib dilakukan. Sebab, menurut Iswandi, tanah darat maupun sawah di Indonesia hampir semuanya sudah sakit. “Sekitar 73% tanah pertanian kita kadar bahan organiknya sudah kurang dari 1%. Padahal, bahan organik ini ibarat nyawa bagi tanah,” tandasnya.


“Umumnya, lahan yang terus-menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro pasti akan tereksploitasi. Sebab, unsur mikro terus terpanen dari tanah. Oleh karena itu, pupuk mikro wajib kita tambahkan,” papar Catur.


Sebagai gambaran, setiap 1 ton jerami padi mengandung 9 kg N, 2 kg  P, 30 kg Silikat (Si), 6 kg Ca, dan 2 kg Mg. Bila jerami itu tidak dikembalikan ke sawah, tentu unsur hara mikro Si kian terkuras. Padahal Si, menurut Iswandi, sangat dibutuhkan oleh padi. Hara Si diperlukan untuk menjadikan tanaman membentuk daun yang tegak sehingga daun efektif melakukan fotosintesis.


Menurut Atang, daerah yang kekurangan unsur mikro, biasanya dijumpai pada lahan asam dan tanah basa. Seperti tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah, tanah berpasir putih (kuarsa), tanah berdrainase buruk, dan lahan yang terus-menurus dipupuk fosfat. “Sawah di Jawa cenderung sudah jenuh fosfat. Kalau sudah jenuh fosfat, semua unsur hara diendapkan menjadi garam fosfat yang tidak bisa diserap tanaman,” terang Iswandi. Dari 100 kg pupuk fosfat (TSP/SP-18) yang kita berikan, lanjut dia, hanya 15%—20% yang diserap tanaman. Sisanya yang 85% mengendap. “Bukan hanya mengendap sendirian tetapi juga mengendapkan unsur hara mikro,” urainya.


Beberapa wilayah di Indonesia yang miskin unsur mikro, terutama Fe, Zn, dan Mn, adalah Sulawesi, Maluku, Nusatenggara Barat, dan Nusatenggara Timur. “Memang, ada daerah tertentu yang salah satu kandungan unsur mikronya tinggi, tapi daerah lain malah sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum merekomendasikan penggunaan pupuk mikro, kita lihat dulu kandungan unsur di dalam tanahnya. Lalu, melihat tanaman apa yang diusahakan,” papar Benny Hermawan MM., Direktur Utama PT Andalan Chemist Indonesia, produsen pupuk di Jakarta.


Menurut perhitungan Catur, paling tidak empat unsur mikro yang harus diutamakan, yaitu Boron (B), Mangan (Mn), Besi (Fe), dan Tembaga (Cu). Sedangkan menurut Atang, dari 7 unsur mikro itu, yang paling banyak dibutuhkan tanaman berturut-turut adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn (Seng). Sementara Molibdenum (Mo), paling sedikit diperlukan tanaman.


Sebenarnya, menurut Iswandi, untuk mengembalikan kesuburan tanah bisa dilakukan dengan pemupukan organik, seperti pupuk kandang maupun kompos. Kedua pupuk organik itu akan mengekstraksi semua unsur hara (makro dan mikro) yang terikat dalam partikel tanah sehingga bisa diserap akar tanaman. Sayangnya, kandungan unsur mikro dalam pupuk organik ini rendah. Karena itu, pada lahan tertentu, penambahan hara mikro tetap diperlukan. “Kalau pemanfaatan pupuk organik itu dipertahankan, penurunan unsur hara mikro tidak akan drastis,” urainya.


 
Kesimpulan


Penggunaan pupuk mikro mutlak diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan hara pada tanaman, penggunaan pupuk organik juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas tanah dan melarutkan residu kimia yang ada pada tanah, semua kebutuhan tanaman ada pada pupuk SUPER NASA GRANULE, dengan dosis rendah mampu meningkatkan produktifitas tanaman
Kiat Tingkatkan Produksi Padi 2–3 ton/ha

Meski semua komponen teknologi budidaya padi sawah terkini sudah disosialisasikan oleh BPTP Jatim kepada petugas dan petani di Jatim, namun masih ditemui kendala dalam penerapannya. Beberapa kesulitan juga dikeluhkan oleh petani.

Penelusuran terhadap keluhan itu oleh salah seorang  peneliti BPTP Jatim (Ir. Rohmat Budiono, MP) menghasilkan resep yang disebutnya “Cara Cerdas Budidaya Padi”. Menurut Rohmat, kendala dan kesulitan itu lebih kepada kesalahan persepsi yang berbeda diantara peneliti, PPL, dan petani , serta kesalahan secara teknis dalam penerapan teknologi di lapangan.

Ditambahkannya, ada lima hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai produksi yang diharapkan.  
  • Pertama, bibit yang ditanam harus berumur muda, maksimal 15-18 hari. Umumnya petani enggan menanam bibit muda dengan alasan ukurannya terlalu kecil. Dalam hal itu, penyuluh hendaknya menjelaskan keuntungan tanam bibit muda itu.

  • Kedua, cara tanam harus menggunakan jajar legowo 2:1. Pada umumnya petani mengeluhkan peningkatan biaya tanam jajar legowo. Sebab, dengan jajar legowo, populasi meningkat dari 250.000 menjadi 360.000 tanaman/ha (44%). Namun petani belum dipahamkan, bahwa jajar legowo memberi keuntungan yaitu (1) semua tanaman menjadi tanaman tepi, sehingga produktivitas per rumpun meningkat, (2) pemupukan menjadi lebih efektif dan tepat sasaran, (3) mengurangi biaya tenaga penyiangan lebih dari 50% (dengan alat landak/osrok), (4)pengendalian hama dan penyakit lebih mudah dilakukan.

Agar manfaat itu bisa diperoleh, haruslah disepakati bahwa yang disebut jajar legowo haruslah sistem 2:1, bukan yang lain (4:1 atau 5:1). Untuk mengurangi keluhan petani tentang kerumitan dalam tanam jajar legowo, BPTP Jatim telah mengenalkan Atajale (Alat tanam jajar legowo).

  • Ketiga, dalam penentuan dosis pupuk sangat dianjurkan mengacu kepada BWD (bagan warna daun) dan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Jika ada koneksi internet, rekomendasi pemupukan dapat disempurnakan dengan mengakses layanan  online di alamat webapps.irri.org/nm/id/.

  • Keempat, petani berpendapat bahwa jajar legowo mengakibatkan peningkatan gulma. Keluhan ini bisa diatasi dengan penggunaan osrok sebagai alat bantu penyiangan. Dengan jajar legowo, penyiangan menggunakan osrok cukup dilakukan searah. Sedangkan jika menggunakan jajar tanam tegel, penyiangan dilakukan secara silang. Penggunaan osrok dapat menghemat biaya penyiapan sekitar 50%.

Dianjurkan, penyiangan tidak menunggu gulma tumbuh besar. Selain memudahkan, penyiangan dengan osrok juga berfungsi menggemburkan (jawa: dangir) tanah.

  • Kelima, perlu diperhatikan umur panen yang tepat, karena antar varietas berbeda-beda. Perontokan gabah dengancara gebok, tidak dianjurkan. Sebaiknya menggunakan alat perontok, baik yang tipe peda maupun menggunakan mesin.
 
Support : Page Recomended | Branding Product | Jasa Like Fanpage
Copyright © 2014. Distributor Resmi Nasa Tegal - All Rights Reserved
User Publisher | Shopping Mode by : Oemah Web Banjar
Proudly powered by Blogsite